MUATAN PENDIDIKAN DAGELAN JAWA MBAH MINTO DAN UCUP DARI KLATEN GAGAL MUDIK SUDUT PANDANG PRAGMATIK

Authors

  • HR Utami
  • Pipit Mugi Handayani

Keywords:

dagelan, pragmatik, gesture, turn talking

Abstract

Dagelan, dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai sebagai  lawakan atau  pertunjukan jenaka (KBBI, 2008:286). Pelakunya disebut pendagel atau pelawak. Secara bahasa, dagelan merupakan cerita parodi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1023) dijelaskan, parodi merupakan salah satu jenis karya sastra atau seni yang dengan sengaja menirukan gaya, kata penulis, atau pencipta lagu dengan maksud mencari efek kejenakaan, atau mencemooh. Gagal Mudik, merupakan judul di awal kemunculan Dagelan Mbah Minto (selanjutnya disebut DMM) yang dihasilkan bermula dari keisengan seorang Youtuber muda Mohamad Sofyan. Tujuannya bermula dari mengisi kekosongan waktu di tengah Pandemi. Ia mengajak Mbah Minto yang akhirnya menjadi pemeran utama, dalam sebuah obrolan yang berlangsung secara spontanitas. Lelucon yang akhirnya viral ini, mengangkat tema gagal mudik karena Corona. Secara pragmatik, dagelan ini menarik untuk dicermati. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari penggunaan bahasa secara kontekstual (Levinson, 1983: 9). Konteks yang saat ini paling tepat untuk dicermati adalah mewabahnya Virus Corona yang semakin hari semakin mengerikan. Oleh karena itu kiranya tepatlah jika penelitian ini mengangkat persoalan bahasa yang berkembang di masa Pandemi. Dan salah satu penggunaan bahasa yang akhir-akhir ini sangat populer adalah bahasa yang dipergunakan dalam drama parodi GM. Di antaranya bagaimana para tokoh dalam Dagelan GM ini menstimuli masyarakat, sehingga dengan sadar mengikuti anjuran untuk tidak mudik di Hari Raya. Terbukti bahasa bisa menjadi sarana provokasi yang ampuh melalui ekspresi bahasa, serta gesture Simbok maupun Ucup sebagai tokohnya. Hasil pencermatan terhadap GM, ternyata semua unsur pragmatik ditemukan dalam tuturan kedua tokoh tersebut. Di mana letak kelucuannya, dan bagaimana keduanya dengan cerdas, ekspresif, serta intuitif  menyampaikan anjuran yang mendidik dapat diikuti melalui paparan transkripsi data dan pembahasannya. Yang jelas tujuan utama mendidik  masyarakat untuk bisa menalar serta menahan emosi sosial tercapai, melalui diksi-diksi yang selaras dengan suasana dalam perbincangan spontan dan bernas. Turn talking yang relevan dibalut gesture perilaku lucu keduanya, menjadikan kandungan pendidikan dapat diterima tanpa menimbulkan ketersinggungan maupun memunculkan rasa dibatasi. Fenomena sosial ini dicermati dengan pendekatan kualitatif dan analisis isi.

Downloads

Published

2020-12-03