Keefektifan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Roll Depan Kelas XI SMA Negeri 1 Ngawen

Authors

  • David Juliyanto

Abstract

Penelitian ini terinspirasi dari siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngawen; beberapa dari mereka tidak memenuhi aturan atau menunjukkan hasil normal dalam pembelajaran guling depan. Besarnya hasil belajar siswa yang tidak mampu memenuhi nilai KKM yang masih menggantung di sekolah adalah 75. Dalam penelitian ini digunakan metodologi Semi Preliminary. Subjek investigasi yang digunakan dalam audit ini adalah siswa kelas XI MIPA 4 dan siswa kelas XI MIPA 5. Kelas XI MIPA 4 sebagai kelompok uji coba berjumlah 34 siswa, dan kelas XI MIPA 5 berjumlah lebih dari 34 siswa sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran suportif tipe jigsaw pada kelas penyisihan psikologi diperoleh 36,72% dan kelas kontrol 30%, kelas eksploratif potongan mendalam 23,23%, kelas kontrol 23,23%. 22,87%, dan kelas psikomotorik eksploratif 22,66%, kelas kontrol 21,65%. Pada uji hipotesis sudut pandang psikologis diperoleh t_hitung>t_(tabel) 2,270 > 1,998, pada sudut sarat perasaan diperoleh t_hitung>t_(tabel) 2,421 > 1,998. Sedangkan perspektif psikomotor adalah t_hitung>t_(tabel) 2.219 1.998. Dengan demikian secara umum dapat direnungkan bahwa kepraktisan model pembelajaran menyenangkan jigsaw telah memperpanjang hasil belajar guling ke depan. Dengan tujuan agar khas meyakinkan guru, siswa, sekolah dalam menggunakan model pembelajaran jigsaw pada pembelajaran guling depan kelas pendahuluan mendapat 36,72 persen, sedangkan kelas kontrol mendapat 30%; bagian dekat rumah kelas eksploratori mendapat 23,23 persen, sedangkan kelas kontrol mendapat 22,87 persen; dan kelas kontrol mendapat 21,65 persen, sedangkan porsi psikomotorik kelas tes mendapat 22,66 persen. Selain itu, tes spekulasi mengungkapkan bahwa t_hitung mengungguli t_hitung pada skor perolehan sudut pandang mental (khususnya, 2,270 > 1,998 0,026 0,05), skor perolehan perspektif penuh perasaan (2,421 > 1,998), dan skor perolehan sudut psikomotorik (2,219 > 1,998). . Skor ini menunjukkan bahwa t_count lebih kritis daripada t_count. Setelah itu dapat ditarik kesimpulan bahwa H_a diterima dan H_0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kuat jigsaw cukup terlihat berbeda dengan model pembelajaran biasa dalam meningkatkan hasil belajar guling depan. Saat mempelajari materi pembelajaran, model ini membutuhkan pemikiran unik untuk memuluskan pengalaman instruktif dan mengurangi duduk diam.memotivasi guru, siswa, sekolah dalam penggunaan model pembelajaran jigsaw dalam materi roll depan.

Downloads

Published

2023-12-24