BULLYING VERBAL SEBAGAI BENTUK DISFEMISME TUTURAN DI SEKOLAH
Keywords:
verbal bullying, dysphemismAbstract
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bullying verbal sebagai bentuk disfemisme tuturan di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian mixed methods. Mixed methods menggabungkan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah dasar di Kota Kudus Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas 5 di sekolah tersebut. Teknik pengambilan sample dilakukan dengan total sampling untuk siswa SD. Ada 17 murid kelas 5 di sekolah tersebut dan semuanya menjadi responden dalam penelitian ini. Sementara itu, untuk guru, teknik pengambilan sample dilakukan melalui purposif sampling. Hanya guru Matematika kelas 5 yang menjadi informan dalam penelitian ini. Dipilihnya guru Matematika sebagai informan didasarkan pada pertimbangan bahwa Mata Pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang dirasakan susah dan menakutkan bagi siswa di sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menyatakan bahwa ketika mereka diberi tugas Matematika oleh guru, guru akan memberikan peringatkan bahwa siswa harus bisa mengerjakannya (94,11%) dan meminta siswa cepat mengerjakannya (82,35%). Guru memberikan ancaman kepada siswa bahwa apabila mereka tidak dapat mengerjakan tugas, maka mereka tidak bisa naik kelas (76,47%); diberi hukuman menulis kalimat “saya salah 30 kali”, berdiri di depan kelas dan menyapu kelas (94,11%); guru mengucapkan kata “bodoh/ kamu tidak mengerti/ kenapa anak ini tidak bisa-bisa (88,24%). Hanya sedikit siswa (17,65%) yang menyatakan diminta keluar kelas oleh guru ketika mereka tidak dapat mengerjakan tugas atau mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Namun demikian, hampir seluruh siswa (94,115) sepakat, ketika mereka mengerjakan tugas maka guru tidak menyuruh mereka lari keliling lapangan/ menulis kalimat berulang-ulang/ push up/ membersihkan ruangan.